JAKARTA, iNews.id – Penyandang disabilitas banyak dijumpai di berbagai sudut kota di setiap negara. Indonesia merupakan salah satu negara di dunia yang memiliki jumlah penyandang disabilitas yang besar.
Kementerian Ketenagakerjaan memperkirakan terdapat 16,5 juta penyandang disabilitas, terdiri dari 7,6 juta laki-laki dan 8,9 juta perempuan.
Sayangnya, kesadaran penyandang disabilitas masih rendah dan seringkali muncul stigma terhadap mereka. Padahal, penyandang disabilitas berhak mendapatkan kehidupan yang baik dan diperlakukan sama.
Seperti diketahui, penyandang disabilitas cenderung memiliki kemampuan literasi yang lebih rendah. Mereka lebih sulit menjaga komunikasi. Hal ini juga menyulitkan penyandang disabilitas untuk mengungkapkan rasa sakitnya.
Penelitian di Korea Selatan menyatakan bahwa kesulitan komunikasi menyebabkan penyandang disabilitas memilih untuk menekan rasa sakitnya. Hal serupa terjadi di Indonesia. Menurut data Jaringan Organisasi Penyandang Disabilitas (DPO), sekitar 42 persen penyandang disabilitas mengalami kesulitan dalam menggunakan layanan medis selama pandemi Covid-19 di Indonesia.
Guru Besar Ilmu Kesehatan Anak FKUI/RSCM, Prof. Rini Sekartini menjelaskan adanya hambatan komunikasi wicara dan nonverbal yang membuat penyandang disabilitas sulit mengungkapkan rasa sakit dengan baik.
“Karena sulit menyampaikan apa yang mereka rasakan, mereka mengamuk untuk melampiaskan kekesalannya karena orang lain tidak mengerti,” kata Rini di penutupan kampanye ‘Say Pain’ yang diluncurkan oleh Daewoong Pharmaceutical belum lama ini.
Penyandang disabilitas juga mengalami kesulitan dalam menentukan tingkat penyakit atau keadaan darurat secara akurat. Kesulitan menentukan atau menentukan lokasi nyeri, dan kesulitan memberikan obat (terkadang harus dipaksakan).
Editor: Vien Dimyati
Bagikan Artikel: