JAKARTA, iNews.id – Penyakit katastropik masih banyak dialami masyarakat Indonesia. Sepanjang 2022, kasus penyakit katastropik yang paling banyak ditemukan di Indonesia adalah penyakit jantung, kanker, stroke, dan gagal ginjal.
Untuk menangani penyakit ini dibutuhkan intervensi obat. Namun sayangnya, ketersediaan obat baru di Indonesia masih rendah.
The Pharmaceutical Research and Manufacturers of America (PhRMA) melalui penelitiannya menemukan, Indonesia merupakan salah satu negara terendah dalam hal ketersediaan obat-obatan inovatif. Studi tersebut menemukan hanya sembilan persen obat-obatan baru yang tersedia di Indonesia, jauh di bawah rata-rata kawasan Asia Pasifik yang mencapai 20 persen.
Hal ini menempatkan Indonesia di posisi ketiga terendah bersama dengan Bangladesh yang juga hanya sembilan persen setelah Sri Lanka (1 persen) dan Pakistan (5 persen). Studi ini juga menemukan, hanya satu persen obat-obatan baru yang tersedia di Indonesia dalam waktu satu tahun setelah peluncuran pertama kali secara global.
Staf Khusus Menteri bidang Pelayanan Kesehatan Masyarakat, Kementerian Kesehatan, Prastuti Soewondo mengungkapkan, berdasarkan data BPJS Kesehatan dan klaim pasien di rumah sakit, kebanyakan kematian tertinggi berasal dari penyakit katastropik seperti kanker, jantung, stroke dan nefrologi, kemudian juga kesehatan ibu dan anak (KIA).
“Penyakit-penyakit ini merupakan penyakit tidak menular yang dapat menimbulkan komplikasi yang mengancam jiwa dan membutuhkan biaya tinggi,” ujar Prastuti Soewondo, melalui keterangannya belum lama ini.
Dia menambahkan, untuk penyakit-penyakit ini, adopsi obat inovatif yang dapat membantu mengurangi beban pasien, dilakukan secara bertahap dan sesuai kemampuan. Semua obat inovatif yang akan masuk ke JKN harus masuk di Fornas dan ada rekomendasi dari health technology assesment (HTA).
Editor : Vien Dimyati
Follow Berita iNews di Google News
Bagikan Artikel: