JAKARTA, iNews.id – Belum banyak yang tahu kalau kesehatan mental anak-anak disabilitas juga harus dijaga. Bahkan anak-anak dengan disabilitas ini biasanya memiliki masalah yang lebih unik dari orang normal pada umumnya.
Disabilitas anak sendiri dapat dipetakan menjadi berbagai tipe, termasuk disabilitas intelektual, kesulitan belajar khusus, disabilitias fisik, disabilitas sosial, gangguan perhatian dan hiperaktivitas, ataupun gangguan spektrum autisme. Lantas bagaimana cara menjaga kesehatan mental anak dengan disabilitas?
Sebelumnya para orangtua harus tahu bahwa semua anak itu unik, dan harus didukung untuk mencapai potensi terbaik mereka. Beberapa anak membutuhkan terapi okupasi untuk mengatasi masalah motorik. Anak-anak lain membutuhkan terapi wicara untuk mengatasi masalah bicara. Anak lainnya membutuhkan konseling psikologis untuk mengatasi masalah perilaku atau kesehatan mental.
Smeentara mengacu pada data statistik yang dipublikasikan Kemenko PMK pada Juni 2022, angka kisaran disabilitas anak usia 5-19 tahun adalah 3,3 persen atau 2.197.833 anak. Mengacu pada data tersebut Karel Karsten Himawan, PhD, Psikolog Klinis sekaligus direktur program Breakthrough For Life (BFL) mengatakan untuk menangani anak-anak disabilitas perlu pendekatan yang berbasis relasi.
“Program BFL menawarkan pendekatan yang unik dalam memberikan layanan kesehatan mental, yakni pendekatan yang berbasis relasi. Di BFL, kami percaya bahwa isu mental tidak bisa lepas dari konteks relasi, sehingga fokus terapi ialah pemulihan relasi antara individu dengan dirinya sendiri, dengan orang lain, termasuk dengan Penciptanya,” kata Karel saat ditemui di sela-sela Jakarta Children’s Growth Center (JCGC) dan Jakarta Adult Psychology Center (JAPC).
Editor : Elvira Anna
Follow Berita iNews di Google News
Bagikan Artikel:
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews.id tidak terlibat dalam materi konten ini.